Batik in Javanese Philosopy......
Javanese tradition that teaches the philosophy of Java also provides a lot of inspiration in the creation of batik motifs. Javanese philosophy also serves to achieve greatness and glory in this life, it can also be used to facilitate the creation of patterns of batik cloth. This is understandable because to achieve greatness and glory that is always missed by humans, people believe that this will be achieved with the process identity. For example, through the path of meditation and mystical ceremony (ascetic). Meaning meditation can be learned is achieved inner peace and peace of mind of a person and the silence surrounding atmosphere. Overall it is the right attitude in the selection and creation of a batik patterns.
In order for batik motives in accordance with the meaning that expected by the wearer, sometimes accompanied by a mystical ceremony. This ceremony can be done for example with prayer. This ritual is usually done with the guidance of the "Master" in the field of Javanese, so sacred and magical value can be implied in the existing pattern and visible when worn by its owner. How long and where the actions that must be done before someone discovered pattern, highly dependent on the wearer's own batik and candidates. So in this case at least there should be cooperation between the two. On the role of batik usually become increasingly integrated with the feelings and expectations of the wearer and this is manifested in the form or pattern in batik painting.
Batik dalam Filosofi Jawa.....
Tradisi Kejawen yang mengajarkan falsafah Jawa juga turut memberikan banyak masukan dalam penciptaan motif-motif batik. Falsafah Jawa juga berfungsi untuk meraih kebesaran dan kemuliaan dalam hidup ini, juga dapat digunakan untuk mempermudah penciptaan motif kain batik. Hal ini bisa dimengerti karena untuk mencapai kebesaran dan kemuliaan yang selalu dirindukan oleh manusia, orang percaya bahwa hal ini akan bisa dicapai dengan mengolah jati diri. Misalnya melalui jalan meditasi dan upacara mistik (bertapa). Makna meditasi yang bisa dipetik adalah dapat dicapainya ketentraman batin dan kedamaian hati seseorang serta keheningan suasana di sekitarnya. Semuanya itu merupakan sikap yang tepat dalam pemilihan dan penciptaan suatu motif batik.
Agar motif batik sesuai dengan makna yang diharapkan oleh pemikinya, terkadang disertai upacara mistik. Upacara ini bisa dilakukan misalnya dengan pemanjatan doa. Ritual ini biasanya dilakukan dengan bimbingan para “Guru” dalam bidang Kejawen, sehingga nilai sakral dan magis bisa tersirat dalam motif yang ada dan terlihat ketika dikenakan oleh pemiliknya. Berapa lama dan perbuatan mana yang harus dikerjakan seseorang sebelum ditemukan motifnya, sangat bergantung pada pembatik dan calon pemakainya sendiri. Jadi dalam hal ini setidaknya harus ada kerja sama di antara keduanya. Tentang peran pembatik biasanya menjadi semakin menyatu dengan perasaan dan harapan pemakainya dan hal ini diwujudkan dalam bentuk atau lukisan motif dalam batik itu.
Javanese tradition that teaches the philosophy of Java also provides a lot of inspiration in the creation of batik motifs. Javanese philosophy also serves to achieve greatness and glory in this life, it can also be used to facilitate the creation of patterns of batik cloth. This is understandable because to achieve greatness and glory that is always missed by humans, people believe that this will be achieved with the process identity. For example, through the path of meditation and mystical ceremony (ascetic). Meaning meditation can be learned is achieved inner peace and peace of mind of a person and the silence surrounding atmosphere. Overall it is the right attitude in the selection and creation of a batik patterns.
In order for batik motives in accordance with the meaning that expected by the wearer, sometimes accompanied by a mystical ceremony. This ceremony can be done for example with prayer. This ritual is usually done with the guidance of the "Master" in the field of Javanese, so sacred and magical value can be implied in the existing pattern and visible when worn by its owner. How long and where the actions that must be done before someone discovered pattern, highly dependent on the wearer's own batik and candidates. So in this case at least there should be cooperation between the two. On the role of batik usually become increasingly integrated with the feelings and expectations of the wearer and this is manifested in the form or pattern in batik painting.
Batik dalam Filosofi Jawa.....
Tradisi Kejawen yang mengajarkan falsafah Jawa juga turut memberikan banyak masukan dalam penciptaan motif-motif batik. Falsafah Jawa juga berfungsi untuk meraih kebesaran dan kemuliaan dalam hidup ini, juga dapat digunakan untuk mempermudah penciptaan motif kain batik. Hal ini bisa dimengerti karena untuk mencapai kebesaran dan kemuliaan yang selalu dirindukan oleh manusia, orang percaya bahwa hal ini akan bisa dicapai dengan mengolah jati diri. Misalnya melalui jalan meditasi dan upacara mistik (bertapa). Makna meditasi yang bisa dipetik adalah dapat dicapainya ketentraman batin dan kedamaian hati seseorang serta keheningan suasana di sekitarnya. Semuanya itu merupakan sikap yang tepat dalam pemilihan dan penciptaan suatu motif batik.
Agar motif batik sesuai dengan makna yang diharapkan oleh pemikinya, terkadang disertai upacara mistik. Upacara ini bisa dilakukan misalnya dengan pemanjatan doa. Ritual ini biasanya dilakukan dengan bimbingan para “Guru” dalam bidang Kejawen, sehingga nilai sakral dan magis bisa tersirat dalam motif yang ada dan terlihat ketika dikenakan oleh pemiliknya. Berapa lama dan perbuatan mana yang harus dikerjakan seseorang sebelum ditemukan motifnya, sangat bergantung pada pembatik dan calon pemakainya sendiri. Jadi dalam hal ini setidaknya harus ada kerja sama di antara keduanya. Tentang peran pembatik biasanya menjadi semakin menyatu dengan perasaan dan harapan pemakainya dan hal ini diwujudkan dalam bentuk atau lukisan motif dalam batik itu.
No comments:
Post a Comment